Umar bin Abdul Aziz : Pengubah teori menjadi kenyataan dan Penggenggam Impian
“Jika
anda tidak mau susah, maka buang saja impian anda. Karena impian akan selalu
menuntut kelelahan. sama seperti impian Umar bin Abdul Aziz. Beliau membawa impiannya hingga akhir hayat.”
Begitulah yang di sampaikan oleh Ustadz Henri Masyhur
dalam kajian mengenai Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz pada pelatihan yang
pernah saya ikuti. Perlu di ketahui bahwa Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu
sosok yang layak untuk menjadi teladan. Impian besarnya mengenai kejayaan Islam
telah menyita seluruh hidupnya. Sejarah Islam mencatat dengan tinta emas bahwa
Umar digambarkan sebagai keturunan Umar bin Khathahab yang telah berhasil
memimpin negeri. Umar bin Abdul Aziz
dilahirkan tahun 61 H di Madinah pada era pemerintahan khalifah Yazid bin
Mu'awiyah, bertepatan dengan meninggalnya Maemunah istri Nabi Muhammad SAW.
Beliau menghabiskan masa kecilnya di Madinah Munawwarah dengan menimba ilmu
dari para ulama yang hidup saat itu. Sehingga terkumpullah pada diri beliau
keutamaan ilmu dan agama, disamping keturunan 'darah biru' dan gelimpangan
materi.
Bicara tentang kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya; Muhammad SAW, Umar
bin Abdul Aziz begitu menerapkan hal itu. Beliau berhasil mengelola negara dan memanifestasikan hadits Nabi
SAW,
“Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur
urusan (rakyat), dan dia akan diminta pertanggungjawabannya terhadap
rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berikut ini adalah tiga alasan saya yang paling
menonjol untuk meneladani Umar bin Abdul Aziz;
1.
Umar bin Abdul Aziz adalah sosok yang
amanah.
Dalam satu peristiwa Khalifah Umar bin
Abdul Aziz, sewaktu sedang bekerja di rumahnya dia didatangi puteranya untuk
membincangkan sesuatu hal yang berhubung dengan urusan keluarga. Khalifah Umar
lantas memadamkan lampu yang terletak di meja yang menerangi bilik kerjanya
itu.
Puteranya heran melihat sikap ayahnya
itu lalu bertanya: "Kenapa ayah padamkan lampu itu?". Jawab Umar:
“Lampu yang digunakan adalah untuk bekerja dan ini kepunyaan kerajaan. Minyak
yang digunakan itu dibeli dengan menggunakan wang kerajaan, sedang perkara yang
hendak anakanda perbincangkan dengan ayahanda adalah perkara keluarga."
Lantas baginda meminta pembantunya
membawa lampu dari bilik dalam. "Sekarang lampu yang baru kita nyalakan
ini adalah kepunyaan keluarga kita, minyak pun kita beli dengan wang kita
sendiri." Demikianlah besarnya sifat amanah dari seorang pemimpin berkaliber
yang berjiwa besar.
2.
Sosok pemimpin yang sangat mencintai
rakyatnya
Umar
bin Abdul Aziz sangat bersedih ketika diberi jabatan (amanah) oleh umat untuk
menjadi Khalifah , ini dikisahkan oleh isterinya, Fatimah yang melihat Umar
sedang menangis di kamarnya. Fatimah pun menanyakan apa yang terjadi pada diri
suaminya. Lalu Umar menjawab, “Ya Fatimah, saya telah dijadikan penguasa
atas kaum muslimin dan orang asing, saya memikirkan nasib kaum miskin yang
sedang tertimpa kelaparan, kaum telanjang dan sengsara, kaum tertindas yang
sedang mengalami cobaan berat, kaum tak dikenal dalam penjara, orang-orang tua
yang patut dihormati, orang yang mempunyai keluarga besar namun penghasilannya
sedikit, serta orang2 dalam keadaan serupa di Negara-negara di dunia dan
propinsi-propinsi yang jauh. Saya merasa bahwa Tuhanku akan bertanya tentang
mereka pada Hari Berbangkit dan saya takut bahwa pembelaan diri yang bagaimana
pun tidak akan berguna bagi saya. Lalu saya menangis.”
Subhanallah
begitu sedihnya beliau menerima jabatan itu.
3.
Kinerja yang cepat dan tanggap : 2, 5
Tahun menjabat sebagai Khalifah, berhasil mensejahterakan rakyat.
Umar
berhasil mensejahterakan rakyat di seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah.
Ibnu Abdil Hakam meriwayatkan, Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu
berkata, ‘'Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke
Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikan kepada orang-orang miskin.
Namun saya tidak menjumpai orang miskin seorangpun".
Di
bidang fiskal, Umar memangkas pajak dari orang Nasrani. Tak cuma itu, ia juga
menghentikan pungutan pajak dari mualaf. Kebijakannya itu telah menumbuhkan
simpati dari kalangan non Muslim sehingga mereka berbondong-bondong memeluk
agama Islam. Inilah sebenarnya cara penyebaran islam dengan akhlaq mulia
seperti dicontohkan Nabi Muhammad SAW, bahwa Islam Tidak Mengajarkan Kekerasan.
Konon
semasa ia menjabat sebagai Khalifah, walaupun hanya 2,5 tahun tak satu
pun mahluk dinegerinya menderita kelaparan. Tak ada serigala mencuri ternak
penduduk kota, tak ada pengemis di sudut-sudut kota, tak ada penerima zakat
karena setiap orang mampu membayar zakat. Lebih mengagumkan lagi, penjara tak
ada penghuninya. Sejak di angkat menjadi Khalifah Umar bertekad, dalam hatinya
ia berjanji tidak akan mengecewakan amanah yang di embannya.
4.
Karakter wara’, Zuhud dan Tawadhu yang
memikat
Keengganan
Khalifah Umar dalam menerima hadiah adalah cerminan dari sikap kehati-hatiannya
terhadap suap. Selain itu Beliau pernah mempertanyakan asal-usul roti yang
dibuat oleh istrinya, sampai ia bersedia memakannya ketika asal-usul roti
tersebut jelas.
Pernahkan
terbersit di benak kita seorang kepala negara ketika berkeinginan menunaikan
ibadah haji, ia tidak bisa berangkat hanya karena uang perbekalannya tidak
cukup? Pernahkah terlintas di bayangan kita seorang bangsawan yang hanya memiliki
satu buah baju, itu pun berkain kasar? Sang zuhud Umar bin Abdul Aziz pernah
mengalaminya!
Malik bin
Dinar pernah berkata: "Orang-orang berkomentar mengenaiku, "Malik bin
Dinar adalah orang zuhud." Padahal yang pantas dikatakan orang zuhud hanyalah
Umar bin Abdul Aziz. Dunia mendatanginya namun ditinggalkannya"
Sifat
tawadhunya juga dapat dilihat dari keengganannya ketika seseorang pernah
memanggilnya dengan sebutan “Wahai Khalifah di bumi Allah!”. Beliau merasa tidaklah pantas menyandangnya. Sebutan itu
hanya pantas diberikan kepada Nabi Daud u dan orang yang semisalnya",
seraya membacakan firman Allah
)يَا
دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي اْلأَرْضِ (
Artinya:
"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi". (QS. Shad: 26)
Yang lebih mengagumkan lagi adalah kisah Umar bin
Abdul Aziz dengan seorang pembantunya. Pernah suatu saat Umar bin Abdul Aziz
meminta seorang pembantunya untuk mengipasinya. Maka dengan penuh cekatan sang
pembantu segera mengambil kipas, lalu menggerak-gerakkannya. Semenit, dua menit
waktu berlalu, hingga akhirnya Umar bin Abdul Aziz pun tertidur. Namun, tanpa
disadari ternyata si pembantu juga ikut ketiduran. Waktu terus berlalu,
tiba-tiba Umar bin Abdul Aziz terbangun. Ia mendapati pembantunya tengah
tertidur pulas dengan wajah memerah dan peluh keringat membasahi badan
disebabkan panasnya cuaca. Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun mengambil kipas,
lalu membolak-balikkannya mengipasi si pembantu. Dan sang pembantu itu pun akhirnya
terbangun juga, begitu membuka mata ia mendapati sang majikan tengah
mengipasinya tanpa rasa sungkan dan canggung. Maka dengan gerak reflek yang
dimilikinya ia menaruh tangan di kepala seraya berseru karena malu. Lalu Umar
bin Abdul Aziz pun berkata menenangkannya: "Engkau ini manusia sepertiku!
Engkau merasakan panas sebagaimana aku juga merasakannya. Aku hanya ingin
membuatmu nyaman -dengan kipas ini- sebagaimana engkau membuatku nyaman"
5.
Rasa takut
yang besar kepada Allah
Umar bin
Abdul Aziz bukanlah sosok yang hanya bisa di teladani karena kepemimpinannya,
namun akhlaknya telah berkata terlebih dahulu bahwa Umar adalah tipikal yang
bersih hatinya, bagaikan seorang alim ulama. sebabnya.
Beliau pun menjawab: "Aku teringat mati". Maka sang ibu pun menangis
dibuatnya.
Pernah
seorang laki-laki mengunjungi Umar bin Abdul Aziz yang sedang memegang lentera.
"Berilah aku petuah!", Umar membuka perbincangan. Laki-laki itu pun
berujar: "Wahai Amirul Mukminin!! Jika engkau masuk neraka, orang yang
masuk surga tidaklah mungkin bisa memberimu manfaat. Sebaliknya jika engkau
masuk surga, orang yang masuk neraka juga tidaklah mungkin bisa
membahayakanmu". Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun menangis tersedu
sehingga lentera yang ada di genggamannya padam karena derasnya air mata yang
membasahi.
Satu hal yang paling menyentuh hati adalah besarnya impian Umar Bin
Adul Aziz terhadap dakwah adalah pengorbanannya yang besar pada agamanya dan
juga kecintaannya pada rakyat. Beliau meninggal dunia hari jum'at di sepuluh
hari terakhir bulan Rajab tahun 101 H pada umur 40 tahun, setelah memegang
tampuk kekuasaan selama kurang lebih 2 tahun 5 bulan 4 hari, dikarenakan stroke
yang menimpanya. Ada juga yang mengatakan bahwa beliau meninggal dunia karena
diracun para pejabat Bani Umayah. Wallahu A'lam.
Namun seorang pemimpin hebat akan tetap dikenang. Seperti yang di sampaikan oeh Yusuf
Qardhawi, Tugas negara adalah mengubah teori menjadi kenyataan, mengubah norma
menjadi undang-undang, dan memindahkan keindahan etika .menjadi praktek
sehari-hari. 'Umar bin Abdul Aziz memahami tugas itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar