Laman

Selamat Datang

"Perempuan dan sastra itu sama. Sama-sama bisa menyembunyikan apa yang ingin disembunyikan."

Rabu, 06 Februari 2013

Esai : 'Umar ibn Abdul Aziz



Umar bin Abdul Aziz : Pengubah teori menjadi kenyataan dan Penggenggam Impian
 

“Jika anda tidak mau susah, maka buang saja impian anda. Karena impian akan selalu menuntut kelelahan. sama seperti impian Umar bin Abdul Aziz. Beliau membawa impiannya  hingga akhir hayat.”
Begitulah yang di sampaikan oleh Ustadz Henri Masyhur dalam kajian mengenai Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz pada pelatihan yang pernah saya ikuti. Perlu di ketahui bahwa Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu sosok yang layak untuk menjadi teladan. Impian besarnya mengenai kejayaan Islam telah menyita seluruh hidupnya. Sejarah Islam mencatat dengan tinta emas bahwa Umar digambarkan sebagai keturunan Umar bin Khathahab yang telah berhasil memimpin negeri. Umar bin Abdul Aziz dilahirkan tahun 61 H di Madinah pada era pemerintahan khalifah Yazid bin Mu'awiyah, bertepatan dengan meninggalnya Maemunah istri Nabi Muhammad SAW. Beliau menghabiskan masa kecilnya di Madinah Munawwarah dengan menimba ilmu dari para ulama yang hidup saat itu. Sehingga terkumpullah pada diri beliau keutamaan ilmu dan agama, disamping keturunan 'darah biru' dan gelimpangan materi.
Bicara tentang kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya; Muhammad SAW, Umar bin Abdul Aziz begitu menerapkan hal itu. Beliau berhasil mengelola negara dan memanifestasikan hadits Nabi SAW,
Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat), dan dia akan diminta pertanggungjawabannya terhadap rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berikut ini adalah tiga alasan saya yang paling menonjol untuk meneladani Umar bin Abdul Aziz;
1.      Umar bin Abdul Aziz adalah sosok yang amanah.
Dalam satu peristiwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, sewaktu sedang bekerja di rumahnya dia didatangi puteranya untuk membincangkan sesuatu hal yang berhubung dengan urusan keluarga. Khalifah Umar lantas memadamkan lampu yang terletak di meja yang menerangi bilik kerjanya itu.
Puteranya heran melihat sikap ayahnya itu lalu bertanya: "Kenapa ayah padamkan lampu itu?". Jawab Umar: “Lampu yang digunakan adalah untuk bekerja dan ini kepunyaan kerajaan. Minyak yang digunakan itu dibeli dengan menggunakan wang kerajaan, sedang perkara yang hendak anakanda perbincangkan dengan ayahanda adalah perkara keluarga."
Lantas baginda meminta pembantunya membawa lampu dari bilik dalam. "Sekarang lampu yang baru kita nyalakan ini adalah kepunyaan keluarga kita, minyak pun kita beli dengan wang kita sendiri." Demikianlah besarnya sifat amanah dari seorang pemimpin berkaliber yang berjiwa besar.

2.      Sosok pemimpin yang sangat mencintai rakyatnya
Umar bin Abdul Aziz sangat bersedih ketika diberi jabatan (amanah) oleh umat untuk menjadi Khalifah , ini dikisahkan oleh isterinya, Fatimah yang melihat Umar sedang menangis di kamarnya. Fatimah pun menanyakan apa yang terjadi pada diri suaminya. Lalu Umar menjawab, “Ya Fatimah, saya telah dijadikan penguasa atas kaum muslimin dan orang asing, saya memikirkan nasib kaum miskin yang sedang tertimpa kelaparan, kaum telanjang dan sengsara, kaum tertindas yang sedang mengalami cobaan berat, kaum tak dikenal dalam penjara, orang-orang tua yang patut dihormati, orang yang mempunyai keluarga besar namun penghasilannya sedikit, serta orang2 dalam keadaan serupa di Negara-negara di dunia dan propinsi-propinsi yang jauh. Saya merasa bahwa Tuhanku akan bertanya tentang mereka pada Hari Berbangkit dan saya takut bahwa pembelaan diri yang bagaimana pun tidak akan berguna bagi saya. Lalu saya menangis.” 
Subhanallah begitu sedihnya beliau menerima jabatan itu.

3.      Kinerja yang cepat dan tanggap : 2, 5 Tahun menjabat sebagai Khalifah, berhasil mensejahterakan rakyat.
Umar berhasil mensejahterakan rakyat di seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah. Ibnu Abdil Hakam meriwayatkan, Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu berkata, ‘'Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikan kepada orang-orang miskin. Namun saya tidak menjumpai orang miskin seorangpun".
Di bidang fiskal, Umar memangkas pajak dari orang Nasrani. Tak cuma itu, ia juga menghentikan pungutan pajak dari mualaf. Kebijakannya itu telah menumbuhkan simpati dari kalangan non Muslim sehingga mereka berbondong-bondong memeluk agama Islam. Inilah sebenarnya cara penyebaran islam dengan akhlaq mulia seperti dicontohkan Nabi Muhammad SAW, bahwa Islam Tidak Mengajarkan Kekerasan.
Konon semasa ia menjabat sebagai Khalifah, walaupun hanya 2,5 tahun  tak satu pun mahluk dinegerinya menderita kelaparan. Tak ada serigala mencuri ternak penduduk kota, tak ada pengemis di sudut-sudut kota, tak ada penerima zakat karena setiap orang mampu membayar zakat. Lebih mengagumkan lagi, penjara tak ada penghuninya. Sejak di angkat menjadi Khalifah Umar bertekad, dalam hatinya ia berjanji tidak akan mengecewakan amanah yang di embannya.

4.      Karakter wara’, Zuhud dan Tawadhu yang memikat
Keengganan Khalifah Umar dalam menerima hadiah adalah cerminan dari sikap kehati-hatiannya terhadap suap. Selain itu Beliau pernah mempertanyakan asal-usul roti yang dibuat oleh istrinya, sampai ia bersedia memakannya ketika asal-usul roti tersebut jelas.
Pernahkan terbersit di benak kita seorang kepala negara ketika berkeinginan menunaikan ibadah haji, ia tidak bisa berangkat hanya karena uang perbekalannya tidak cukup? Pernahkah terlintas di bayangan kita seorang bangsawan yang hanya memiliki satu buah baju, itu pun berkain kasar? Sang zuhud Umar bin Abdul Aziz pernah mengalaminya!
Malik bin Dinar pernah berkata: "Orang-orang berkomentar mengenaiku, "Malik bin Dinar adalah orang zuhud." Padahal yang pantas dikatakan orang zuhud hanyalah Umar bin Abdul Aziz. Dunia mendatanginya namun ditinggalkannya"
Sifat tawadhunya juga dapat dilihat dari keengganannya ketika seseorang pernah memanggilnya dengan sebutan “Wahai Khalifah di bumi Allah!”. Beliau merasa  tidaklah pantas menyandangnya. Sebutan itu hanya pantas diberikan kepada Nabi Daud u dan orang yang semisalnya", seraya membacakan firman Allah

)يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي اْلأَرْضِ (
Artinya: "Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi". (QS. Shad: 26)
Yang lebih mengagumkan lagi adalah kisah Umar bin Abdul Aziz dengan seorang pembantunya. Pernah suatu saat Umar bin Abdul Aziz meminta seorang pembantunya untuk mengipasinya. Maka dengan penuh cekatan sang pembantu segera mengambil kipas, lalu menggerak-gerakkannya. Semenit, dua menit waktu berlalu, hingga akhirnya Umar bin Abdul Aziz pun tertidur. Namun, tanpa disadari ternyata si pembantu juga ikut ketiduran. Waktu terus berlalu, tiba-tiba Umar bin Abdul Aziz terbangun. Ia mendapati pembantunya tengah tertidur pulas dengan wajah memerah dan peluh keringat membasahi badan disebabkan panasnya cuaca. Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun mengambil kipas, lalu membolak-balikkannya mengipasi si pembantu. Dan sang pembantu itu pun akhirnya terbangun juga, begitu membuka mata ia mendapati sang majikan tengah mengipasinya tanpa rasa sungkan dan canggung. Maka dengan gerak reflek yang dimilikinya ia menaruh tangan di kepala seraya berseru karena malu. Lalu Umar bin Abdul Aziz pun berkata menenangkannya: "Engkau ini manusia sepertiku! Engkau merasakan panas sebagaimana aku juga merasakannya. Aku hanya ingin membuatmu nyaman -dengan kipas ini- sebagaimana engkau membuatku nyaman"

5.      Rasa takut yang besar kepada Allah
Umar bin Abdul Aziz bukanlah sosok yang hanya bisa di teladani karena kepemimpinannya, namun akhlaknya telah berkata terlebih dahulu bahwa Umar adalah tipikal yang bersih hatinya, bagaikan seorang alim ulama. sebabnya. Beliau pun menjawab: "Aku teringat mati". Maka sang ibu pun menangis dibuatnya.
Pernah seorang laki-laki mengunjungi Umar bin Abdul Aziz yang sedang memegang lentera. "Berilah aku petuah!", Umar membuka perbincangan. Laki-laki itu pun berujar: "Wahai Amirul Mukminin!! Jika engkau masuk neraka, orang yang masuk surga tidaklah mungkin bisa memberimu manfaat. Sebaliknya jika engkau masuk surga, orang yang masuk neraka juga tidaklah mungkin bisa membahayakanmu". Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun menangis tersedu sehingga lentera yang ada di genggamannya padam karena derasnya air mata yang membasahi.

Satu hal yang paling menyentuh hati adalah besarnya impian Umar Bin Adul Aziz terhadap dakwah adalah pengorbanannya yang besar pada agamanya dan juga kecintaannya pada rakyat. Beliau meninggal dunia hari jum'at di sepuluh hari terakhir bulan Rajab tahun 101 H pada umur 40 tahun, setelah memegang tampuk kekuasaan selama kurang lebih 2 tahun 5 bulan 4 hari, dikarenakan stroke yang menimpanya. Ada juga yang mengatakan bahwa beliau meninggal dunia karena diracun para pejabat Bani Umayah. Wallahu A'lam.
Namun seorang pemimpin hebat akan tetap dikenang. Seperti yang di sampaikan oeh Yusuf Qardhawi, Tugas negara adalah mengubah teori menjadi kenyataan, mengubah norma menjadi undang-undang, dan memindahkan keindahan etika .menjadi praktek sehari-hari. 'Umar bin Abdul Aziz memahami tugas itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar