Laman

Selamat Datang

"Perempuan dan sastra itu sama. Sama-sama bisa menyembunyikan apa yang ingin disembunyikan."

Rabu, 21 September 2016

Aku dan FLP

Dari Garasi Untuk Negeri

Tema : Aku dan FLP

“This is my family. I found it, all on my own. It's Little and broken. 
But still good, yeah still good.”(Lilo and Stitch, 2002)

(momen Kelas Menulis FLP. Lokasi: Hutan Pinus Jambi)
Setelah menyadari kalau aku bukan anak raja, apalagi anak ulama, maka pada tahun 2011 yang ceria, kuputuskan memasuki garasi itu—markas darurat FLP di kota Jambi—yang disulap menjadi tempat belajar menulis sekreatif mungkin. Aku ingat betul salah satu syarat bergabung FLP adalah menulis cerpen bertemakan ke-FLP-an,  jadilah aku menulis dengan judul ‘Seratus Ribu untuk Zahra’ yang judulnya mirip FTV itu, yang isinya betul-betul berantakan mirip baju basah di musim hujan. Kusut. FLP-nya hanya tempelan, sisanya tentang Zahra yang miskin nan papa yang berjuang mencari uang dan akhirnya mendapatkan uang dari meminjam. Aku yakin orang yang membaca akan berkomentar, “Terus intinya?”

Rabu, 16 Maret 2016

Dan Kita Pun Berdakwah

“Dan kita pun berdakwah ...”

Seperti pesawat terbang, kita pun memiliki satu persamaan dengan benda itu. Semua pesawat memiliki Black box di bagian badan pesawat. Black Box atau kotak hitam dianalogikan sebagai otak dari pesawat yang merekam semua kejadian pesawat. Tidakkah anda perhatikan ketika peristiwa pesawat jatuh, maka mereka semua mencari Black Box?
   Sama halnya dengan manusia, ketika ia menemukan kosakata baru, Black Box di bagian otak belakangnya akan menyerap dan jika ia berhasil menyimpan dan mengutarakan kembali kosakata itu, hal tersebut menandakan kosakata baru telah diserap oleh Black Box.
  

Senin, 29 Februari 2016

Lewat Pena, Mari Melakukan Perbaikan!

Lewat Pena, Mari Melakukan Perbaikan!
Tema : Mengapa harus menjadi Penulis?
Oleh Ika Y. Suryadi

sumber foto : www.psikologikita.com

Sejarah mencatat, menulis adalah aktivitas yang memiliki peran besar dalam peradaban bahkan perubahan dunia. Tapi kebanyakan kita masih ‘sakit’ untuk menyadari dan mengizinkan diri untuk ikut berperan dalam perubahan dunia. Bahkan kita tidak lekas berobat ketika penyakit itu telah menggerogoti peradaban kita. Sehingga jadilah dunia kita, dunia pesakitan.
Amat sedikit dari kita yang menyadari bahwa peradaban manusia ribuan tahun yang lalu telah dipengaruhi oleh dunia kepenulisan. Ketika manusia masih belum mengenal pena dan buku, instingnya sebagai makhluk yang selalu terikat dengan komunikasi telah membawa diri mereka sendiri dalam menulis. Menulis sebagai media komunikasi dalam menyampaikan pesan, ide dan pemikiran sudah digunakan oleh manusia zaman pertama tersebut sekalipun mereka belum mengenal alfabet. Mereka mengirim pesan-pesan dengan tulisan gambar lantas berkembang menjadi seperti saat ini.

Jumat, 29 Januari 2016

Acer Liquid Z320 Untuk Si Tanah Kosong

Acer Liquid Z320 Untuk Si Tanah Kosong

Oleh Ika Y. Suryadi
Tema : Dengan Acer Liquid Z320, Anak Senang, Orangtua Tenang


Tanah Kosong. Bertahun-tahun lalu, para orang tua di Indonesia masih melepas anak-anaknya untuk bermain di luar rumah tanpa perlu merasakan khawatir. Bersekolah, menelusuri jalan, berkejaran hingga pulang sore hari adalah aktivitas anak-anak mereka. Menghabiskan masa kecil dengan sangat baik dan kreatif. Namun semua berubah sejak masa globalisasi datang. Ketika teknologi sudah menjadi keharusan untuk digunakan dan penggunaannya pun menjalar hingga ke anak-anak. Sejak itu, teknologi seumpama jamur yang sangat subur. Sayangnya, kemajuan-kemajuan itu sering tidak diimbangi dengan controller yang baik. Sebagai orang tua, tentu akan merasa cemas yang luar biasa ketika tanpa mereka sadari, mau tak mau, si kecil juga akan menyentuh teknologi seperti; gadget.