"Teruslah berjalan dalam sakitmu, sementara kamu masih sanggup"
(Ali ibn Abi Thalib)
sumber gambar : Khazanah Republika |
Dalam sebuah serial misteri-detektif yang pernah saya tonton, dikisahkan ada seorang lelaki psycho yang membunuh orang untuk koleksi. Ia menganggap manusia adalah kumpulan kertas alias sebuah buku. Maka sebelum membunuh, ia menculik korbannya, meminta korban menceritakan seluruh kisah hidupnya, lalu dibunuh. Dan itu tidak berhenti sampai disitu saja. Setiap ia selesai membunuh, ia akan menyayat pergelangan tangan korban hingga berbentuk seperti bar code sebagaimana buku pada umumnya.
Saya termangu saat menontonnya. Tapi
juga terpikir pada pandangan pembunuh itu pada sosok manusia. Meski dia membunuh
dan tidak waras. Dia ada benarnya tentang satu hal.
Manusia adalah buku yang berjalan. Setiap hari ia menulis sendiri
pada selembar kertas dalam perjalanan hidupnya. Kita ibarat buku kosong yang
lahir ke bumi. Kumpulan kertas yang putih bersih dan siap ditoreh terserah isinya
apa. Entah itu baik atau buruk, kita sendiri yang tentukan. Sebagaimana ungkapan
yang pernah saya baca bahwa; Manusia itu
makhluk paling menakjubkan. Sebab ia bisa memilih untuk menjadi malaikat atau
Iblis.
Manusia adalah kertas-kertas yang
terbuka helai demi helai. Ia diberi pensil untuk menulis apa-apa yang bakal ia
lakukan. Jika hari ini ia menorehkan jejak tulisan yang hitam dan salah, besok
saat ia bangun dari tidur, ia punya kertas kosong lagi. Dan kita kerap menyebutnya
sebagai; Kesempatan. Setiap manusia selalu diberi kesempatan setiap hari
sebagaimana kertas-kertas kosong yang ia dapatkan. Karena itu, ketimbang berkutat
pada kesalahan yang sudah pernah dilakukan, lebih baik kita terus memperbaiki
diri dan tidak melakukan kesalahan yang pernah kita lakukan. Sebab manusia,
bahkan semua pendosa selalu punya masa depan.
Kita adalah anak-anak manusia
yang berputar dalam lingkaran baik dan buruk. Kita adalah sebuah buku yang
memiliki berlembar-lembar kertas untuk kita tuliskan dan kita dapatkan sebagai
kesempatan setiap harinya. Ya begitulah kita. Beruntungnya kita. Hanya saja, kita
pun mesti merenungkan satu pertanyaan;
Seberapa banyak jatah kertas yang
tersisa untuk kita?
30DWCJilid10- Day 25
Tulisan bertema Kertas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar