Laman

Selamat Datang

"Perempuan dan sastra itu sama. Sama-sama bisa menyembunyikan apa yang ingin disembunyikan."

Rabu, 20 Desember 2017

Manusia dan Kertas yang Tersisa

"Teruslah berjalan dalam sakitmu, sementara kamu masih sanggup"
(Ali ibn Abi Thalib)

sumber gambar : Khazanah Republika

Dalam sebuah serial misteri-detektif yang pernah saya tonton, dikisahkan ada seorang lelaki psycho yang membunuh orang untuk koleksi. Ia menganggap manusia adalah kumpulan kertas alias sebuah buku. Maka sebelum membunuh, ia menculik korbannya, meminta korban menceritakan seluruh kisah hidupnya, lalu dibunuh. Dan itu tidak berhenti sampai disitu saja. Setiap ia selesai membunuh, ia akan menyayat pergelangan tangan korban hingga berbentuk seperti bar code sebagaimana buku pada umumnya.

Saya termangu saat menontonnya. Tapi juga terpikir pada pandangan pembunuh itu pada sosok manusia. Meski dia membunuh dan tidak waras. Dia ada benarnya tentang satu hal.

Manusia adalah  buku yang berjalan. Setiap hari ia menulis sendiri pada selembar kertas dalam perjalanan hidupnya. Kita ibarat buku kosong yang lahir ke bumi. Kumpulan kertas yang putih bersih dan siap ditoreh terserah isinya apa. Entah itu baik atau buruk, kita sendiri yang tentukan. Sebagaimana ungkapan yang pernah saya baca bahwa; Manusia itu makhluk paling menakjubkan. Sebab ia bisa memilih untuk menjadi malaikat atau Iblis.

Pilihan. Sebuah keistimewaan yang Allah beri khusus untuk manusia. Dia perkenankan manusia untuk menulis sendiri dengan mata pena yang sudah Dia beri. Meski Dia tetap yang menyimpan penghapusnya.

Manusia adalah kertas-kertas yang terbuka helai demi helai. Ia diberi pensil untuk menulis apa-apa yang bakal ia lakukan. Jika hari ini ia menorehkan jejak tulisan yang hitam dan salah, besok saat ia bangun dari tidur, ia punya kertas kosong lagi. Dan kita kerap menyebutnya sebagai; Kesempatan. Setiap manusia selalu diberi kesempatan setiap hari sebagaimana kertas-kertas kosong yang ia dapatkan. Karena itu, ketimbang berkutat pada kesalahan yang sudah pernah dilakukan, lebih baik kita terus memperbaiki diri dan tidak melakukan kesalahan yang pernah kita lakukan. Sebab manusia, bahkan semua pendosa selalu punya masa depan.

Kita adalah anak-anak manusia yang berputar dalam lingkaran baik dan buruk. Kita adalah sebuah buku yang memiliki berlembar-lembar kertas untuk kita tuliskan dan kita dapatkan sebagai kesempatan setiap harinya. Ya begitulah kita. Beruntungnya kita. Hanya saja, kita pun mesti merenungkan satu pertanyaan;


Seberapa banyak jatah kertas yang tersisa untuk kita?


30DWCJilid10- Day 25
Tulisan bertema Kertas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar